Viktus Murin: Sikap Kontras Airlangga Anti-kritik, Bamsoet Malah Menikmati Kritik
JAKARTA – Wakil Sekjen DPP Partai Golkar Viktus Murin menegaskan sikap kontras dan ironis tergambar pada dua figur Calon Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto dan Bambang Soesatyo. Airlangga menunjukkan sikap anti-kritik dengan menegasikan eksistensi Indra Bambang Utoyo sebagai Ketua Korbid Pemenangan Pemilu Sumatera.
Indra tidak diundang dalam Rapat Korbid yang seharusnya dia pimpin sendiri, hanya karena Indra berbeda pendapat dengan Airlangga. Padahal, sebagai Ketua Korbid Sumatera, Indra telah berhasil atau sukses menambah kursi DPR RI untuk Partai Golkar.
Di saat yang sama, kemarin publik menyaksikan Bambang Soesatyo sebagai Ketua DPR, mau duduk berjam-jam mendengarkan kritik-kritik pedas tentang DPR, yang disampaikan oleh para peserta final stand up comedy “Kritik DPR”, yang diadakan di DPR RI.
“Kedua peristiwa kontras tersebut dapat menjelaskan kepada stakeholders Golkar perihal level kualitas kepemimpinan Airlangga dan Bamsoet. Pemimpin suatu organisasi, termasuk organisasi partai politik itu semestinya memiliki stok nyali yang besar untuk menghadapi kritik dan perbedaan pendapat,” tegas Viktus Murin, mantan Wasekjen DPP AMPI periode 2003-2008 kepada wartawan, Rabu (11/09).
Itulah sebabnya, lanjut Viktus, sebagai aktivis di Partai Golkar, secara sadar saya menempuh pendekatan kritik-otokritik demi kemajuan partai. “Sayangnya pola kritik-otokritik itu tidak disukai Airlangga. Saya punya beberapa bukti peristiwa bahwa Airlangga tidak menyukai sikap kritis saya, padahal saya berbicara dalam ranah dan logika kelembagaan partai, bahkan untuk menjaga kehormatan lembaga Ketua Umum yang sedang melekat pada dirinya,” tegas Viktus, yang juga Sekretaris Badan Kajian Strategis dan Intelijen (Bakastratel) DPP Partai Golkar.
Mantan Sekjen Presidium GMNI dan Aktivis Mahasiswa 1998 ini menegaskan pula, sudah tiba saatnya seluruh pemangku kepentingan di Partai Golkar melakukan koreksi terhadap kepemimpinan Airlangga yang anti-kritik. Partai Golkar memerlukan pemimpin baru yang menjadi garansi terjaga dan terawatnya budaya demokrasi di tubuh Partai Golkar.
“Saya pribadi memandang bahwa pemimpin baru yang dibutuhkan Partai Golkar saat ini adalah Bamsoet,” pungkas Viktus, yang sejak setahun silam, tepatnya Juli 2018 memilih mundur dari pekerjaannya sebagai Tenaga Ahli di DPR RI, untuk kemudian kembali terjun di profesi wartawan yang merupakan habitat lamanya. (Dwi)