Wabah Difteri Menggila, Imam Suroso: Kemenkes Perlu Pastikan Ketersediaan Antibiotik dan Anti Serum Difteri
PATI – Wabah Difteri makin menggila dan meluas wilayah penyebarannya. Sehingga meneror hampir seluruh masyarakat, khususnya pemerintah Indonesia untuk menangani masalah tersebut.
Sejak nula Januari hingga November 2017 lalu telah tercatat 593 kasus Difteri terjadi di Indonesia. Titik tersebarnya ada di 95 kabupaten dan kota di 20 provinsi, dengan angka kematian 32 kasus.
Sementara data World Health Organization (WHO) tentang penyakit Difteri ini menunjukkan jumlah kasus Difteri di Indonesia naik turun sejak 1980-an.
Penyebab wabah difteri, antara lain, imunisasi anti difteri yang belum menyentuh seluruh anak di negeri ini (sekitar 75 persen) dan tingkat “keampuhan” antibiotik untuk melawan bakteri ini mulai ada penurunan.
Menanggapi hal tersebut, Anggota Komisi IX DPR RI Imam Suroso mengingatkan agar Kemenkes memastikan ketersediaan antibiotik dan anti serum Difteri sebaik mungkin. Itu, kata Imam sebagai langkah cepat dalam merespons penderita Difteri.
Menurutnya, ketersediaan antibiotikdan anti serum Difteri sebagai langkah cepat untuk menangani penderita untuk meminimalisir dampak lanjutan bagi penderita, khususnya masyarakat miskin yang tersebar di sejumlah daerah di Indonesia.
“Untuk itu, kualitas vaksin sangat perlu diperhatikan. Sebab, ada temuan penderita yang telah melakukan imunisasi lengkap namun masih terkena Difteri ini. Sehingga kita memminta masalah ini diperhatikan, dan kualitas vaksin harus benar-benar mampu menangkal virus yang masuk ke tubuh yang divaksin,” ujar Imam saat dihubungi meminta tanggapannya menangani penyebaran Difteri ini.
“Jika langkah itu ditempuh dan dijalankan dengan baik maka masyarakat tidak perlu khawatir terindap wabah Difteri. Kualitas vaksin yang baik dimungkinkan tidak akan terjadi lagi mutasi virus yang lebih cepat,” sambung Imam yang juga politisi PDI Perjuangan asal Dapil Jawa Tengah III.
Sebuah Riset yang pernah dilakukan di tahun 2015 tentang pola resistensi antibiotik terhadap bakteri Difteri ini menunjukkan kepekaan antibiotik penicillin terhadap Difteri sebesar 84 persen dan kepekaan eritromisin sebesar 91,2 persen.
“Alasan itu, saya sebagai Anggota Komisi X yang menangani masalah kesehatan rakyat, untuk minta Kemenkes dan juga Kepala Dinas di daerah lebih proakfif menangani masalah Difteri. Kami siap memperjuangkan anggaran sesuai yang dibutuhkan. Kami juga mengimbau masyarakat agar jangan takut membawa bayinya ke rumah sakit atau puskesmas untuk mendapatkan pelayanan imunisasi sesuai umum dan kebutuhannya,” jelas Imam.