Zakat dan Kemandirian Ekonomi Umat
Oleh: Maman Imanulhaq*
Saya bahagia diundang sahabatku Masyamsul Huda ketua PP. Laziz NU untuk hadir dlm workshop di Ponpes Al-Amin Nanggerang Cicurug Sukabumi, Jawa Barat.
Hal pertama yang menarik di Ponpes tersebut adalah Praktek Ibadah Jumat yang khas NU. Sebelum azan, ada Hadhoroh dan tahlilan yg dikuti dengan khusyu’ oleh Jamaah.
Semua mendoakan orang tua dan guru-guru yang mulia. Tanpa orang tua dan guru kehidupan ini tidak terarah.
Sebelum khutbah ada pembacaan sholawat Nariyah tiga kali. Dan, Buya Basith, pimpinan ponpes berkhutbah memakai bahasa Arab yang fasih dan singkat. Subhanallah!.
Ingat di Masjid DPR RI, ada yang khutbah panjang, ngalor ngidul, dan ga khusyu’. Khutbah sesungguhnya harus mencerdaskan dan menggugah kesadaran cara berislam yang benar, toleran n damai.
Mimbar jumat harus jadi mimbar aqidah jazimah dan ukhuwah, bukan mimbar ghibah n fitnah.
Usai jumat, diskusi dengan Wagub Jabar Kang Dedi Mizwar serta para Kades di Cicurug tentang penguatan desa melalui gerakan ZIS (Zakat, Infak, Sedekah).
Sungguh sangat membanggakan, seorang tokoh ulama yang melakukan kajian Islam yg emansipatorif mampu menggerakkan para kades dan masyarakat untuk mngelola ZIS untuk kepentingan masyarakatnya.
Itulah Buya Basith yang memiliki Ponpes Global Insan Mandiri untuk lalu memberdayakan beberapa desa dengan pengelolaan ZIS.
Beliau turun langsung, memnyapa masyarakat, mengkoordinir para peggerak dan memberi contoh lahirnya Kantor ZIS, ambulance, poliklinik, gerakan menanam halaman rumah dan lain sebagainya.
Subhanallah. Islam dihadirkan sebagai spirit menguatkan Hablum minallah( ubudiah), hablum minnas (kemanusiaan), dan hablum minal alam (lingkungan).
Saya mendampingi Sekjen PBNU Mas Ahmad Helmy Faishal Zaini menguatkan kembali pentingnya militansi nahdhiyyah untuk kemandirian perekonomian umat.
Dua hal mendasar yang harus jadi fokus dan prioritas Para Pengurus Laziz NU baik Pusat, wilayah dan daerah, yaitu:
Pertama, melakukan sosialisasi secara sistematis dan masif dlm menggugah kesadaran umat tentang pentingnya zakat. Zakat adalah sebuah kewajiban agama. (معلوم من الدين بالضرودة). Zakat adalah instrument perekonomian umat.
Kemiskinan dan orang miskin bukan komoditas tapi realitas yang harus dientaskan melalui gerakan ZIS ini.
Kedua, meningkatkan pola pengelolaan yang lebih profesional, modern dan amanah. Ada potensi zakat sekitar Rp280 triliun, dan umathanya akan percaya bila pengelolaan zakat dilakukan dengan transparan, modern (aplikasi yg mudah) serta berdaya guna dan manfaat yang bisa terlihat oleh muzakki dan terasa oleh umat.
Laziz NU harus bisa menjadikan “penerima zakat hari ini menjadi pemberi zakat di tahun berikutnya”.
Kalau gerakan zakat ini berhasil, maka kita akan melangkah pada pola pengembangan ekonomi syariah mulai perbankan plus lembaga keuangan syariah dan produk turunannya, produk pangan dan olahannya, pariwisata, traveling, Production house, fashion.
Ingat Trend busana muslim dunia adanya di Indonesia.
Potensi umat Islam sangat besar. 148 Anggota OKI merupakan Captive Market yang sangat besar sekitar 325 T. Untuk tambahan devisa Indonesia
Ini tentu akan memberi arah yang jelas ke mana dunia global bergerak yaitu dunia yang aman, damai dan Indah.
Dan inilah makna Agama Islam dengan 3 rukun: Iman, Islam, Ihsan (Aman, Damai dan Indah).
Saatnya NU bangkit dalam perekonomian umat.
Penulis: Ketua Lembaga Dakwah PBNU dan Anggota Komisi VIII DPR RI dari Fraksi PKB